Share This

Senin, 16 Juni 2014

Menurut Google, Internet Indonesia Dibawah Rata-Rata


Ilustrasi.

Parin Mehta, Head of Business Development Google Asia Tenggara mengatakan, di wilayah Asia Tenggara, banyak penduduk di negara yang populasinya tinggi seperti Indonesia yang masih belum mendapatkan akses internet.
Koneksi internet yang belum merata dan menjangkau semua lapisan masyarakat di Asia Tenggara itulah yang menurut Mehta menjadi kendala bagi perusahaan teknologi untuk mengembangkan bisnisnya di wilayah ini.
Hal tersebut diungkapkan Mehta dalam sebuah diskusi panel di ajang konferensi Echelon 2014 yang diselenggarakan di Singapura pada minggu ini. Diskusi tersebut membahas tentang tantangan-tantangan perusahaan teknologi di Asia.

Di ajang tersebut, selain petinggi Google, hadir pula petinggi-petinggi Facebook dan Twitter untuk kawasan Asia.
Dilansir dari The Wall Street Journal (13/6/2014), selain koneksi internet yang terbatas, tantangan utama perusahaan teknologi yang beroperasi di Asia Tenggara adalah masih migrasi besar-besaran ke perangkat mobile, serta kultur yang berbeda-beda.
"Banyak dari mereka yang terhubung online untuk pertama kalinya justru dengan perangkat mobile, bukan PC desktop seperti pada umumnya," ujar Mehta. Karena itu, Mehta mengatakan pemilik bisnis dan konten harus bisa membuat sesuatu yang menarik dan diinginkan oleh pengguna mobile.
Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Kiran Raghavan, Head of Asia Pacific Market Development Facebook. "Jika melihat banyaknya perangkat mobile yang dipakai, banyak dari mereka yang mengakses platform seperti facebook melalui feature phone," ujarnya.
"Jika ada banyak orang di dunia ini yang punya pengalaman pertama dengan perangkat seperti itu, maka tantangannya adalah bagaimana membuat platform tersebut relevan dengan demografi pengguna," demikian imbuh Raghavan.
Namun, hambatan-hambatan bagi perusahaan teknologi bukan berasal dari penduduk di suatu wilayah saja, melainkan juga kultur. Seperti yang diungkapkan oleh Delilah Chan, Head of Sales Twitter for Singapore and Malaysia.
Menurut Chan, tiga pasar besar perusahaan teknologi itu ada di negara-negara Asia, yaitu India, Indonesia, dan Jepang. Walau demikian, ketiganya memiliki budaya dan bahasa yang berbeda-beda.
Perusahaan-perusahaan di Asia juga disebut Chan masih belum terbuka terhadap metode pemasaran baru, seperti melalui Twitter. Chan mengatakan, perusahaan-perusahaan kecil di Asia kadang berdalih mereka tidak memiliki anggaran yang besar.
Namun Chan mengatakan kepada para pelaku bisnis tersebut bahwa di twitter-lah konsumen mereka saat ini berada.

Like Facebook Page, Follow Twitter atau add Google+ , untuk terus mendapatkan update-tan terbaru seputar teknologi dan informasi.

Sumber:

Indonesia Pusat Pasar Smartphone Terbesar di se-Asia Tenggara


Indonesia menjadi pasar penjualan smartphone terbesar di wilayah Asia Tenggara. Indonesia pun menjadi pasar smartphone dengan pertumbuhan paling pesat.

Hal itu terungkap dari riset terbaru yang dirilis oleh lembaga riset GfK, seperti diberitakan oleh The Next Web. Menurut riset tersebut, pada kuartal pertama 2014, Indonesia memiliki pertumbuhan pasar dari tahun ke tahun sebesar 68 persen.
Total smartphone yang terjual di Tanah Air mencapai 7,3 juta unit, atau dua per lima dari jumlah total penjualan di Asia Tenggara.

Dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam dan Thailand, prestasi keduanya mengekor di belakang Indonesia dengan pertumbuhan pasar masing-masing 59 dan 45 persen per tahun.

Karena itu, di ajang pameran seluler Indonesia Cellular Show 2014 pekan lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyampaikan keyakinannya bahwa proyeksi pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi di Indonesia akan tetap mengalami pertumbuhan sekitar 10,2 persen tahun ini.

Sementara itu, Kemenkominfo menyatakan tahun 2013 lalu total penjualan smartphone di Indonesia mencapai 14,8 juta unit dengan total transaksi 3,33 miliar dollar AS atau sekitar Rp 39,2 triliun.

Smartphone memang menjadi perangkat yang paling populer di Asia Tenggara. Banyak orang yang mulai beralih dari feature phone ke smartphone. Pada Maret 2014, tercatat 55 persen dari penjualan handset di Asia Tenggara adalah perangkat smartphone.
Tingginya pertumbuhan penjualan di Asia Tenggara juga disebut Gfk buah dari makin banyaknya perangkat smartphone murah yang dijual di bawah harga 100 dollar AS. Kontribusi nilai penjualan dari perangkat murah tersebut sebesar 30 persen untuk pasar smartphone di Asia Tenggara.

Hal yang sama juga terjadi di pasar phablet atau perangkat dengan ukuran layar di atas 5,9 inci hingga 6,9 inci. GfK mencatat perangkat perpaduan antara smartphone dan tablet ini makin populer di Asia Tenggara. Lebih dari 1,1 juta unit phablet telah terjual dalam kuartal pertama 2014 dengan nilai transaksi 567 juta dollar AS.

Malaysia dan Indonesia menjadi dua pasar terbesar untuk kategori perangkat phablet. Tak heran jika CEO BlackBerry, John Chen memproyeksi perangkat phablet BlackBerry menjadi motor pendorong pendapatan perusahaan tahun ini.


Like Facebook Page, Follow Twitter atau add Google+ , untuk terus mendapatkan update-tan terbaru seputar teknologi dan informasi.

Sumber: The Next Web, Kompas.com